Makalah Komunikasi Informasi dan Edukasi

MAKALAH DIABETES MELLITUS

  • Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ” Diabetes Mellitus” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Informasi dan edukasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Penyakit Diabetes Mellitus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Primanitha Ria Utami, M.Farm. selaku Dosen Mata Kuliah Instrumentasi Data Klinik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

BAB 1 PENDAHULUAN

  • Latar belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2004).

Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, terdapat 329 juta orang di dunia menderita diabetes melitus tipe 2 dengan kematian mencapai 4,6 juta orang. Indonesia, pada tahun 2011, menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita DM tipe 2 sebanyak 6,6 juta orang (IDF, 2011). Menurut WHO (1999) pada tahun 2000, Indonesia jumlah penduduk yang terkena DM sebanyak 8,4 juta orang, dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 setelah India (31,7 juta), Cina (42,3 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta). Pada tahun 2030, WHO memperkirakan prevalansi DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat sebanyak 154% (Wild, S et al, 2004).

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering diderita oleh masyarakat. Diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko terjadinya masalah komplikasi yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani, sehingga secara tidak langsung DM tipe 2 sangat mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Pada penderita DM tipe 2 wajib dilakukan pengontrolan diet gula secara ketat. Komplikasi DM tipe 2 dapat dikontrol jika penderita memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup dalam melakukan self care. Self care menunjukkan perilaku mandiri individu, bersifat universal dan terbatas pada diri sendiri (Weiler & Janice, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik dalam untuk melakukan pembuatan makalah tentang Diabetes Melitus (DM) sekaligus untuk memenuhi tugas Interpretasi Data Klinik.

  • Rumusan masalah
  1. Apa Definisi Diabetes Mellitus?
  2. Apasaja Klasifikasi Diabetes Mellitus?
  3. Bagaimana Gejala Diabetes Mellitus?
  4. Apa Patofisiologi Diabetes Mellitus?
  5. Bagaimana Pencegahan Diabetes Mellitus?
  6. Bagaimana Komplikasi Diabetes Mellitus?
  7. Apasaja Faktor Resiko Diabetes Mellitus?
  • Tujuan

Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus sehingga dapat menambahkan wawasan serta oengetahuan seputar penyakt Diabetes Mellitus

  • Manfaat
  1. Bagi penulis, penulis dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang belum pernah diketahui sebelumnya tentang penyakit Diabetes Mellitus
  2. Bagi pembaca, bisa dijadikan referensi dalam penulisan serta untuk penambah wawasan.

BAB 2 ISI

  • Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2015).

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada pasien diabetes melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Restyana, 2015).

Diabetes Mellitus tipe-2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrolakibat gangguan sensitivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulinyang berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh (Dewi,2014). Pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe-2 adalah bahwa sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk kedalam sel danakhirnya tertimbun dalam peredaran darah (Tandra, 2007). Diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia.

  • Klasifikasi Diabetes Mellitus

1 Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes Mellitus tipe I merupakan kegagalan sintesis insulin oleh sel-sel beta Pangkreas diperkirakan terjadi karena destruksi autoimun palau-palau Langerhan yang menimbulkan gangguan pengaturan glukosa dalam serum. Biasanya ditemukan pada usia sebelum 30 tahun (Tao & Kendall, 2013).

Diabetes Mellitus Tipe I sering dikatakan sebagai Diabetes Juvenileonset atau Insulin Dependent, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah Juvenile Onsetsendiri diberikan karena onset Diabetes Mellitus tipe I dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun. Sedangkan istilah Insulin Dependent diberikan karena penderita Diabetes Mellitus sangat bergantung dengan tambahan insulin dari luar. Ketergantungan insulin tersebut terjadi karena ada kelainan pada sel beta pankreas sehingga penderita mengalami defisiensi insulin. Karakteristik dari Diabetes Mellitus tipe I adalah insulin yang beredar disirkulasi sangat renda, kadar glokagon plasma yang meningkat dan sel beta pankreas gagal merespon terhadap stimulus yang semestinya meningkat sekresi Insulin. Diabetes Mellitus tipe I juga dapat disebut IDDM (Diabetes Mellitus tergantung insulin) (Pramono, 2014).

2 Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes melitus tipe II adalah kombinasi akibat antara jaringan tubuh yang mengalami resistansi terhadap aksi insulin dan ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin ekstra untuk mengatasi kondisi tersebut (Bryer, 2012). Diabetes melitus tipe II merupakan suatu kelainan patofisiologi dari resistensi insulin, dimana terjadi sekresi insulin untuk mengimbangi resistensi jaringan perifer walaupun pada akhirnya mekanisme mengalami kegagalan. Kelainan utama dalam hasil laboratorium berupa kadar gula darah yang tinggi (Berkowtz, 2013).

Menurut Suyono (2007), Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II merupakan penyakit degenerative yang sangat terkait pola makan. Pola makan merupakan gambaran mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang. Gaya hidup perkotaan dengan pola diit yang tinggi lemak, garam, dan gula secara berlebihan mengakibatkan berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus tipe II disebabkan oleh gangguan resistensi perifer terhadap kerja insulin dengan respon kompensasi sekresi insulin yang tidak cukup/memadai oleh sel-sel beta pankreas. Diabetes Mellitus tipe ini juga disebut Diabetes Mellitus tidak bergantung Insulin (DMTTI) atau non insulin dependen. Peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus tipe II dipengeruhi oleh faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, riwayat keluarga dan jenis kelamin, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah, obesitas, pola makan yang sehat, aktivitas fisik dan merokok (Darmono, 2010).

Pada penderita DM tipe II, produksi insulin masih dapat dilakukan, tetapi tidak cukup untuk mengontrol kadar gulu darah. Ketidakmampuan insulin dalam bekerja dengan baik tersebut disebut resistensi insulin. Diabetes Mellitus tipe II biasanya terjadi pada orang lanjut usia dan mereka hanya mengalami gejala yang ringan. Diabetes Mellitus tipe II juga pada umumnya disebabkan oleh obesitas (Charles & Anne, 2010).

3 Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguang toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagai penderita akan kembali normal pada saat setelah melahirkan (Kemenkes RI, 2008). Diabetes Melitus tipe ini merupakan DM yang berkembang selama masa kehamilan dan menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya diabetes pada ibu setelah melahirkan. Bayi yang dilahirkan cenderung akan mengalami obesitas serta berpeluang mengalami penyakit DM pada usia dewasa (Rumahorbo, 2014).

4 Diabetes Mellitus Tipe Lain

Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta seperti yang dikenali pada Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY). Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotif yang berbeda (MODY 1, MODY 2, MODY 3, MODY 4). Diabetes Melitus tipe lain juga mencakup kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit endokrin seperti cushing syndrome dan akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel sel beta, serta infeksi (Price dan Wilson, 2010).

  • Gejala Diabetes Mellitus

Gejala diabetes mellitus digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada penderita diabetes mellitus seperti banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsi), banyak kencing (polyuria) atau yang biasanya disingkat 3P. Fase ini biasanya penderita menunjukan berat badan yang terus naik (bertambah gemuk), karena pada saat ini jumlah insulin yang masih mencukupi, bila keadaan tersebut tidak segera diobati, lama-kelamaan akan timbul gejala yang disebakan karena kurangnya insulin seperti mual dan nafsu makan mulai berkurang. Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukan gejala akut (mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit DM gejala seperti ini disebut gejala kronik. Gejala kronik ini seperti kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk – tusuk, rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur, kram, mudah mengantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemalauan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, dan kemampuan seksual menurun bahkan impoten (Misdiarly, 2006:14-17).

  • Patofisiologi Diabetes Mellitus

Asupan glukosa/produksi glokosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresu sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (polifagi). Akibat dari selsel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien bisa lebih cepat terjadi kematian (Resty, 2015).

  • Pencegahan Diabetes Mellitus

Menurut Tjahjadi (2002), pencegahan diabetes mellitus digolongkan berdasarkan jenis diabetes mellitus itu sendiri, diantaranya:

1 Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe I

Penyakit diabetes mellitus tipe I pada beberapa orang sayangnya tidak dapat dicegah. Biasanya mereka akan mengalami penyakit ini sejak kecil dan mau tidak mau harus melakukan terapi Insulin untuk bertahan hidup. Untuk orang dewasa dan orang tua yang belum mengalaminya, pencegahan dengan melindungi kondisi pankreas. Memang salah satu penyebab diabetes mellitus tipe I adalah gangguan pada pankreas dan ini terjadi pada orang-orang berusia tua.

Untuk menjaga kesehatan pankreas, hal utama yang sebaiknya dilakukan adalah membatasi atau tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali. Banyak penyakit pankreas berhubungan dengan alkohol. Pencegahan lainnya dengan melakukan diagnosa jika terlihat gejala-gejala pada penderita diabetes secepat mungkin. Makin cepat, makin baik dan anda akan mulai lebih terbiasa dengan perawatan yang dilakukan. Sayangnya, gejala-gejala ini tidak cepat terlihat.

2 Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe II

Penderita diabetes mellitus tipe II lebih mungkin dicegah dari pada diabetes mellitus tipe I. Faktor-faktor yang berpengaruh dan mendorong faktor risiko penyakit ini masih bisa diatasi. Memang, kita tidak akan mampu mencegah faktor risiko seperti suku dan keturunan. Namum, faktor-faktor seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik serta pola makan masih bisa diatasi sejak dini. Untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus tipe II, sebaiknya mencoba terbiasa dengan perilaku hidup yang sehat. Aktivitas fisik akan membantu tubuh kita membakar lemak dan glukosa menjadi energi

  • Komplikasi Diabetes Melitus

Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, naik mikroangiopati maupun makroangiopati. Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat diabetes yang tidak terkendali adalah:

1 Kerusakan saraf (Neuropati)

Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena (Ndraha, 2014 ).

Neuropati sensori murni ini relatif langka dan berhubungan dengan periode kontrol glikemik yang buruk atau fluktuasi yang cukup besar dalam mengendalikan diabetes. Mononeuropati biasanya mempunyai onset yang lebih tiba-tiba dan hampir melibatkan setiap saraf, tetapi paling sering terjadi pada bagian median, ulnar, dan saraf radial yang terpengaruh. Amiotrofi diabetes dapat merupakan manifestasi dari mononeuropati diabetes dan ditandai dengan nyeri dan kelemahan otot yang parah dan atrofi, biasanya pada otot paha yang besar. Neuropati diabetes otonom juga menyebabkan morbiditas yang signifikan dan bahkan kematian pada pasien diabetes. Disfungsi neurologis dapat terjadi dikebanyakan sistem organ seperti gastroparesis, sembelit, diare, disfungsi kandung kemih, disfungsi ereksi, intoleransi aktivitas, iskemi dan bahkan henti jantung. Disfungsi otonom kardiovaskular berhubungan dengan peningkatan risiko iskemi miokard dan kematian (Fowler, 2008).

2 Kerusakan ginjal (Nefropati)

Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja selama 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang dipertahankan ginjal bocor ke luar. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf. Menurut (Fowler 2008 ), bahwa nefropati diabetik didefinisikan oleh proteinuria > 500 mg dalam 24 jam pada keadaan diabetes, tetapi biasanya diawali dengan derajat proteinuria yang lebih rendah atau “mikroalbuminuria”. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi albumin 30-299 mg/24 jam. Tanpa intervensi, pasien diabetes dengan mikroalbuminuria biasanya akan mengarah ke proteinuria dan nefropati diabetik (Ndraha, 2014:11).

3 Kerusakan mata (retinopati)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu: 1) retinopati, retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina; 2) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi; dan 3) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata (Ndraha, 2014). Menurut (Fowler 2008 ), bahwa retinopati diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang paling umum. Risiko retinopati diabetes atau komplikasi mikrovaskuler lainnya tergantung pada durasi dan keparahan hiperglikemia. Pengembangan retinopati diabetes pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 diakibatkan karena keparahan hiperglikemia dan hipertensi

4 Penyakit jantung koroner (PJK)

Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.

5 Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serang jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.

6 Penyakit pembuluh darah perifer

Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak menderita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.

7 Gangguan pada hati

Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa-bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C.

8 Penyakit paru

Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikan glukosa darah.

9 Gangguan saluran cerna

Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.

10 Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi (Ndraha, 2014:11-12).

  • Faktor Resiko Diabetes Melitus

Menurut Powers (2010) faktor resiko Diabetes Melitus :

  1. Riwayat keluarga menderita diabetes (contoh: orang tua atau saudara kandung dengan DM tipe 2)
  2. Obesitas (Indeks Massa Tubuh)
  3. Aktivitas fisik
  4. Ras/etnis
  5. Gangguan Toleransi Glukosa
  6. Riwayat Diabetes Gestational atau melahirkan bayi dengan berat lahir > 4kg.
  7. Hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg)
  8. Kadar kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL (0,90 mmol/L) dan/atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dL (2,82 mmol/L)
  9. Polycystic Ovary Syndrome atau Acantosis Nigricans

Menurut Hendrawan (2009) seseorang terkena Diabetes Mellitus jika :

  1. Kedua orang tua, atau salah satu saja pengidap DM
  2. Memiliki saudara kandung DM
  3. Salah satu anggota keluarga mengidap DM
  4. Gula darah tinggi 126-200 mg/dl
  5. Pengidap penyakit hati berat
  6. Sering mengonsumsi obat golongan corticosteroid (pasienasma, eksim, encok )
  7. Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dari 4 kg

BAB 3 PENUTUP

  • Kesimpulan

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.

  • Saran

Walaupun Diabetes Mellitus kebanyakan tidak terlalu menyerang pada remaja, namun alangka baiknya tetap dilakukan pencegahan pada diri sendiri terlebih dahulu seperti menjaga pola makan dan juga gaya hidup.

Daftar Pustaka

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, 1, 9-11, 15, 17-20, 25, 33-34, 44-45. Depkes RI, Jakarta.

Berkowitz, Aaron. (2013). Lecture Notes Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus Klinik. Tangerang Selatan: Binarupa

Bryer, Michael. (2012). 100 Tanya Jawab mengenai Diabetes. Jakarta: PT Indeks

Dewi, R. K. 2014. Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia (Imprint Agro Media Pustaka)

Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority vol 4 no 5 (101-93)

Fox, Charles dan Kilvert, Anne. (2010). Bersahabat dengan diabetes tipe 2. Diterjemahkan oleh: Joko Suranto. Jakarta: Penebar Plus.

International Diabetes Federation.WDD 2015 Campaign. Sara Webber: International Diabetes Federation.2015.

Price, A.Sylvia dan Wilson M. Lorraine. (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Suyono, S, 1995, Diabetes Melitus, Patofisiologis, Diagnosis, dan Klasifikasi dalam Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu, Editor Soegondo, S., Soewondo, P., I., Penerbit FKUI, Jakarta.

Suyono, S, 2006, DM di Indonesia,Diabetes Mellitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Editor Suyono, S., 1852, 1862, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tandra, H. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes: Panduan lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tjahjadi,Vicynthia. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes.Semarang: Pustaka Widyamara

Tjokroprawiro, A., 2004, Hidup Ceria dengan Diabetes, Semi jurnal Farmasi dan kedokteran, 6, Ethical Digest, Airlangga University Press, Surabaya. Weiler, D.M & Janice, D,. Diabetes self management in the migrant Latino population. Hispanic Health Care International. 2009 [diunduh 2 Desember 2019] Tersedia dari : ingentaconnect.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *