LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER GLIKOSIDA DAN SAPONIN

  • TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mengetahui cara identifikasi metabolit sekunder glikosida dan saponin

  • DASAR TEORI

Metabolit sekunder berupa molekul-molekul kecil, bersifat spesifik (tidak semua organisme mengandung senyawa sejenis), mempunyai struktur yang bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang berbeda-beda. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungantempatnya berada. Metabolit sekunder merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead compounds dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru (Atun, 2008). Tanaman menghasilkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik dan dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia. Golongan senyawametabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid (Harborne, 1987).

Glikosida adalah senyawa alami yang terdiri dari bagian karbohidrat dan bagian bukan karbohidrat. Bagian bukan karbohidrat paling banyak ditemukan adalah triterpen, steroid, dan flavanoid; sedangkan molekul karbohidrat yang paling banyak ditemukan adalah glukosa, galaktosa, xilosa, dan arabinosa. Monosakarida tersebut dapat terikat pada satu atau lebih atom C pada bagian bukan karbohidrat. Kata glikosida bermakna karbohidrat atau gula yang umumnya bersifat oksidator yang disebut dengan glikon, sedangkan bukan gula disebut dengan aglikon. Ikatan kimia bentukan glikosida menyerupai eter sehingga secara kimiawi dalam proses pembentukannya selalu melepaskan air atau H2O.( Rijai, L., 2004).

Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpenoid. Saponin memiliki berbagai kelompok glikosil yang terikat pada posisi C3, tetapi beberapa saponin memiliki dua rantai gula yang menempel pada posisi C3 dan C17 (Vincken et al., 2007). Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (Mitra & Dangan, 1997; Hawley & Hawley, 2004). Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat (Hostettmann and Marston, 1995) dan jika terhidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal saraponin. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan senyawa karbohidrat yang dihidrolisis menghasilkan aglikon. yang dikenal sapogenin.Dampak positif saponin banyak dimanfaatkan untuk kepentingan manusia karena saponin memiliki aktivitas yang luas seperti antibakteri, antifungi, kemampuan menurunkan kolesterol dalam darah dan menghambat pertumbuhan sel tumor.

  • CARA KERJA

PROSEDUR PREPARASI SAMPEL UNTUK IDENTIFIKASI GLIKOSIDA

1 Pembuatan Larutan Percobaan

Sebanyak 3 gram serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol (95%) P dan 3 bagian volume air, panaskan diatas tangas air selama 10 menit, dinginkan, saring. Pada 4 ml filtrate tambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml timbal (II) asetat 0,4 M, kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Filtrat disari sebanyak 3 kali dengan 4 ml kloroform. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50℃. Larutkan sisa dengan 5 ml methanol P.

2 Identifikasi Glikosida Secara Umum

a. Reaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 0,1 ml LP diuapkan + 5 ml asam asetat anhidrat P + 10 gtt asam sulfat P → biru atau hijau (+) Glikosida.

b Reaksi Molish

Sebanyak 0,1 ml LP diuapkan dalam tabung reaksi + 2 ml aquadest + 5 gtt Molish LP → tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat P → terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan (+) ikatan gula.

PROSEDUR PREPARASI SAMPEL UNTUK IDENTIFIKASI SAPONIN

Identifikasi Saponin dengan Metode Pembuihan

Masukkan 0,5 gram serbuk kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan, kemudian kocok kuat selama 10 detik. (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan dengan 10 ml air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit). Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.

  • HASIL PENGAMATAN
Prosedur UjiDeskripsi Hasil PengamatanKesimpulanGambar
  Identifikasi umum Glikosida Prosedur I  Tidak ada perubahan warna  Hasil negatif tidak mengandung Steroid
  Identifikasi umum Glikosida Prosedur II  Tidak ada perubahan warna  Hasil negatif tidak mengandung ikatan gula 
  Identifikasi terhadap Senyawa Golongan Saponin dengan Metode Pembuihan  Tidak adanya buih setelah didiamkan 10 menit  Hasil negatif tidak mengandung Saponin 
  • PEMBAHASAN

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin (Harborne, 1996).

Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder glikosida dan saponin. Simplisia yang akan diidentifikasi adalah Simplisia Kayu Secang (Caesalpinia sappan). Identifikasi yang dilakukan adalah identifikasi glikosida secara umum dan identifikasi saponin dengan metode pembuihan.

Identifikasi glikosida secara umum dilakukan dengan dua prosedur. Prosedur pertama merupakan reaksi Libermann-Burchard, apabila pengujian larutan berubah warna menjadi biru atau hijau artinya simplisia yang diuji mengandung glikosida steroid. Pada identifikasi menggunakan simplisia kayu secang hasil akhir tidak menunjukkan perubahan warna, itu berarti simplisia kayu secang negatif atau tidak mengandung glikosida golongan steroid. Pertamawati, dkk (2014) juga menyebutkan bahwa kayu secang tidak mengandung steroid. Prosedur kedua merupakan reaksi Molish, apabila pengujian pada larutan terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan maka simplisia yang diuji mengandung gula atau memiliki ikatan gula. Pada identifikasi menggunakan simplisia kayu secang hasil akhir tidak menunjukkan adanya cincin berwarna ungu pada batas cairan, itu berarti simplisia kayu secang tidak megandung ikatan gula.

Identifikasi selanjutnya merupakan identifikasi senyawa saponin dengan metode pembuihan. Pada identifikasi ini apabila saat proses pengocokan menghasilkan buih dan buih tidak hilang selama 10 menit serta setelah penambahan HCl 2N buih tetap bertahan maka simplisia yang diidentifikasi mengandung saponin. Hasil praktikum dari identifikasi saponin menggunakan simplisia kayu secang buih tidak hilang selama 10 detik, kemudian ketika dilanjutkan dengan menunggu selama 10 menit buih perlahan-lahan menghilang, ini berarti simplisia kayu secang negatif mengandung saponin. Namun, Kusmiati, dkk (2014) menyebutkan bahwa senyawa aktif pada kayu secang terdapat flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, fenolik, dan brazilin. Kemungkinan pada saat praktikum identifikasi saponin ketika proses pengocokan tidak terlalu kuat sehingga buih yang dihasilkan tidak begitu banyak.

  • KESIMPULAN

Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa bisa mengetahui cara identifikasi senyawa metabolit sekunder glikosida dan saponin. Glikosida merupakan senyawa alami yang terdiri dari bagian karbohidrat dan bagian bukan karbohidrat sedangkan saponin yaitu glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpenoid.

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

  1. Hasil identifikasi umum glikosida prosedur 1 tidak terjadi perubahan warna atau negatif, dapat disimpulkan bahwa kayu secang (Caesalpinia sappan) tidak mengandung steroid.
  2. Hasil identifikasi umum glikosida prosedur 2 tidak terjadi perubahan warna atau negatif, bisa disimpulkan bahwa kayu secang (caesalpinia sappan) tidak mengandung ikatan gula.
  3. Identifikasi terhadap senyawa golongan saponin menggunakan metode pembuihan didapatkan hasil negatif atau tidak mengandung saponin.

DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntunan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro, Edisi II, Hal 4-7 : 69-76, ITB. Bandung.

Hostettmann, K. & A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge: Cambridge University Press.

Kusmiati, Dameria, Priadi, D. 2014. Analisa Senyawa Aktif Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Yang Berpotensi Sebagai Antimikroba. Pusat Penelitian Bioteknologi. Jakarta.

Mitra, S. & S.R. Dangan. 1997. Micellar properties of Quillaja saponin. Effects of temperature, salt, and pH on solution properties. J. Agric. Food Chem. 45(5): 1587- 1595.

Pertamawati, Nuralih, Fahrudin, F. 2014. Ekstrak Secang sebagai Bahan Diuretikum (Percobaan Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Spraque Dawley). Pusat Teknologi Farmasi dan Medika. Jurnal Biologi. Vol. 7 No. 2.

Rijai, L., 2004. Saponin dari Biji Chydenenthus excelsus., DISERTASI, UNPAD, Bandung

Sri Atun, Nurfina Aznam, Retno Arianingrum, Takaya Y., Niwa Masatake, (2008), Resveratrol derivative compounds from stem bark of Hopea and their biological activity test Journal of Physical Science, Vol. 19, No. 2. Vincken, J.P., L. Heng, A. De Groot, & J.H.Gruppen. 2007. Saponins, classification and occurrence in the plant kingdom. Phytochem. 68: 275-297.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *